Rabu, 08 Juni 2011

Dream - Sugar Story - Chapter 10

Diposting oleh midget di Rabu, Juni 08, 2011
What A Nice Surprise




“ Motorcycle?”

“Yep”

Justin mengeluarkan motornya dari garasi. “ Kita akan pergi sebentar. Naik motor saja, lumayan enak kan?” tawar Justin. “ What? But... where will we go?” tanyaku gusar “ Sudahlah, cepat naik” ujar Justin sambil menyerahkan helm. Aku ragu ragu menerimanya tapi akhirnya kupakai juga sambil naik ke boncengannya. “ Kalau kamu takut, peluk saja aku” sahut Justin sambil menstarter motornya. Tentu saja ucapannya itu membuat jantungku berdebar dua kali lebih cepat. “ Me.. meluk? No!” Justin tertawa.




Motor terus melaju, dan aku masih belum tahu akan kemanakah kami. Udaranya sedikit dingin karena angin yang bertiup kencang sekali. Yang bisa kulihat hanya jalan setapak yang banyak ditumbuhi pepohonan juga langit biru muda yang bersih tanpa awan. Selama perjalanan, aku dan Justin tidak banyak bicara, aku hanya sibuk mengagumi pemandangan di sekitarku. Aku belum pernah melewati tempat seperti ini sebelumnya disini. Kecuali di Indonesia ya, disana pemandangannya indah indah :)



*skip*

Aku terpana melihat pemandangan di hadapanku sekarang ini. Amazing! Wonderful! What a nice surprise!

Hamparan padang rumput yang segar dan luas terbentang di hadapanku. Membentuk layaknya sebuah bukit kecil. Banyak bunga bunga berwarna warni. Dan di ujung sana, ada sebuah sungai kecil mengalir yang indah sekali!





“ Indah kan?”

Aku menoleh ke arah Justin. “ Yeaah, it is so beautiful! Thanks for bring me here, Justin! “ ucapku terharu. Justin tersenyum lembut “ My pleasure”

“ Kita coba kesana ya, aku ingin bermain di sungainya!” Aku menarik tangan Justin kesana. Justin melepaskan jaketnya, menaruhnya di jok motor, lalu mengikuti langkahku. Disana, kami main ciprat-cipratan air. Untung sungainya dangkal dan arusnya tidak terlalu deras. Kami bermain air sepuasnya.

“ yeaaa Justin, get it!” Aku mencipratkan air yang cukup banyak ke wajahnya

“ugh!” Justin mengusap wajahnya yang basah

“ Hahahahaha!” Aku tertawa puas

“ Sugar, take my sweet revenge!” Justin mencipratkan air ke arahku

“Ups” Aku berhasil menghindar dari serangannya sambil meleletkan lidah, kemudian tertawa tawa. Saat aku sedang lengah itulah,

Byuuuur. Wajah dan rambutku basah kuyup. Justin meleletkan lidah. Kami kejar kejaran di tepian sungai sampai sore

Capek bermain air, kami istirahat di pinggir sungai tersebut. Wajah dan rambut kami basah kuyup, bahkan pakaian kami juga ikut terkena cipratan air. Aku menggigil kedinginan. Justin yang melihat kemudian berkata “ Tunggu sebentar ya” Tak disangka sangka ia mengambil jaketnya yang tadi diletakkannya di atas jok motor dan menyelimutkannya ke tubuhku. DEG. Jantungku lagi-lagi. Berdebar-debar keras, tanpa dikomando.

“ But Justin. It is yours!”

“ Np. I don’t need it again” ucapnya lembut, sangat lembut. Jujur, aku sangat terlena dengan perlakuan manisnya ini. Maka aku memilih menurut, dan merapatkan jaket Justin. Jaketnya hangat, sehangat orangnya. Masih ada bau parfum Justin samar samar tercium disana. Lembut, dan hangat. Aku jadi merasa nyaman. Justin duduk di sebelahku. Dia mengeluarkan ponselnya. “ May i take your picture?” Aku tertawa. “Sure!” Aku bangkit, dan berdiri, dengan latar belakang sungai, lalu Justin menjepretku. “ Already, Biebs? Look!” Aku merebut ponsel Justin dan melihat hasil fotonya. Hasilnya lumayanlah... not bad.

“That’s perfect” puji Justin, membuatku blushing. “Lie” desisku geram. Tapi Justin pura pura tidak dengar. “Now, your turn, let me take your picture!” ujarku. Justin, yang memang sudah terbiasa difoto langsung ngeiyain. Justin berdiri, dengan latar belakang sungai, bersiap siap untuk difoto sambil tersenyum lebar. Di sisi ini, Justin telihat seperti anak-anak. Aku tersenyum dan menjepretnya. Justin melihatnya, dan tersenyum puas, kemudian “ Now, let’s take the picture together!” Dia menarik tanganku, dan tangan sebelahnya masih memegang ponselnya. Aku bengong “ But, wait, Justin! Bagaimana jika disini ada paparazzi? Bisa bisa aku...” “No, they are NOT in here” ucap Justin santai. Duh, Justin. Pikir dong kalau disini ada paparazzi yang ngeliat kita foto bareng? . “Pleaseeee... “ Oh no. Justin udah masang puppy face nya itu lagi. Ini nih yang bikin aku kadang enggak tahan buat nolak permintaannya. Seperti biasa, aku menyerah, aku menuruti permintaan Justin. Justin tersenyum lebar, tapi aku masih cemberut, ia siap siap mengambil foto dengan sebelah tangan. “ Smile, Sugar” “Now i can’t” Aku menjawab. Tiba tiba tangan Justin nangkring di bahuku, merangkulku, dan menarik tubuhku mendekati tubuhnya. My heart beat faster and more faster! Yaampuun, lagi deg degan gini disuruh foto? “Justin..what are u doin?” “sssst.. Just smile” Justin winks to me. Akhirnya kami berfoto berdua, masih dengan jantungku yang berdebar kencang. “Oh no, i looks bad” geramku ketika aku melihat hasil fotonya. “Shawty, you are beautiful just the way you are”

0 komentar on "Dream - Sugar Story - Chapter 10"

Posting Komentar

Rabu, 08 Juni 2011

Dream - Sugar Story - Chapter 10

What A Nice Surprise




“ Motorcycle?”

“Yep”

Justin mengeluarkan motornya dari garasi. “ Kita akan pergi sebentar. Naik motor saja, lumayan enak kan?” tawar Justin. “ What? But... where will we go?” tanyaku gusar “ Sudahlah, cepat naik” ujar Justin sambil menyerahkan helm. Aku ragu ragu menerimanya tapi akhirnya kupakai juga sambil naik ke boncengannya. “ Kalau kamu takut, peluk saja aku” sahut Justin sambil menstarter motornya. Tentu saja ucapannya itu membuat jantungku berdebar dua kali lebih cepat. “ Me.. meluk? No!” Justin tertawa.




Motor terus melaju, dan aku masih belum tahu akan kemanakah kami. Udaranya sedikit dingin karena angin yang bertiup kencang sekali. Yang bisa kulihat hanya jalan setapak yang banyak ditumbuhi pepohonan juga langit biru muda yang bersih tanpa awan. Selama perjalanan, aku dan Justin tidak banyak bicara, aku hanya sibuk mengagumi pemandangan di sekitarku. Aku belum pernah melewati tempat seperti ini sebelumnya disini. Kecuali di Indonesia ya, disana pemandangannya indah indah :)



*skip*

Aku terpana melihat pemandangan di hadapanku sekarang ini. Amazing! Wonderful! What a nice surprise!

Hamparan padang rumput yang segar dan luas terbentang di hadapanku. Membentuk layaknya sebuah bukit kecil. Banyak bunga bunga berwarna warni. Dan di ujung sana, ada sebuah sungai kecil mengalir yang indah sekali!





“ Indah kan?”

Aku menoleh ke arah Justin. “ Yeaah, it is so beautiful! Thanks for bring me here, Justin! “ ucapku terharu. Justin tersenyum lembut “ My pleasure”

“ Kita coba kesana ya, aku ingin bermain di sungainya!” Aku menarik tangan Justin kesana. Justin melepaskan jaketnya, menaruhnya di jok motor, lalu mengikuti langkahku. Disana, kami main ciprat-cipratan air. Untung sungainya dangkal dan arusnya tidak terlalu deras. Kami bermain air sepuasnya.

“ yeaaa Justin, get it!” Aku mencipratkan air yang cukup banyak ke wajahnya

“ugh!” Justin mengusap wajahnya yang basah

“ Hahahahaha!” Aku tertawa puas

“ Sugar, take my sweet revenge!” Justin mencipratkan air ke arahku

“Ups” Aku berhasil menghindar dari serangannya sambil meleletkan lidah, kemudian tertawa tawa. Saat aku sedang lengah itulah,

Byuuuur. Wajah dan rambutku basah kuyup. Justin meleletkan lidah. Kami kejar kejaran di tepian sungai sampai sore

Capek bermain air, kami istirahat di pinggir sungai tersebut. Wajah dan rambut kami basah kuyup, bahkan pakaian kami juga ikut terkena cipratan air. Aku menggigil kedinginan. Justin yang melihat kemudian berkata “ Tunggu sebentar ya” Tak disangka sangka ia mengambil jaketnya yang tadi diletakkannya di atas jok motor dan menyelimutkannya ke tubuhku. DEG. Jantungku lagi-lagi. Berdebar-debar keras, tanpa dikomando.

“ But Justin. It is yours!”

“ Np. I don’t need it again” ucapnya lembut, sangat lembut. Jujur, aku sangat terlena dengan perlakuan manisnya ini. Maka aku memilih menurut, dan merapatkan jaket Justin. Jaketnya hangat, sehangat orangnya. Masih ada bau parfum Justin samar samar tercium disana. Lembut, dan hangat. Aku jadi merasa nyaman. Justin duduk di sebelahku. Dia mengeluarkan ponselnya. “ May i take your picture?” Aku tertawa. “Sure!” Aku bangkit, dan berdiri, dengan latar belakang sungai, lalu Justin menjepretku. “ Already, Biebs? Look!” Aku merebut ponsel Justin dan melihat hasil fotonya. Hasilnya lumayanlah... not bad.

“That’s perfect” puji Justin, membuatku blushing. “Lie” desisku geram. Tapi Justin pura pura tidak dengar. “Now, your turn, let me take your picture!” ujarku. Justin, yang memang sudah terbiasa difoto langsung ngeiyain. Justin berdiri, dengan latar belakang sungai, bersiap siap untuk difoto sambil tersenyum lebar. Di sisi ini, Justin telihat seperti anak-anak. Aku tersenyum dan menjepretnya. Justin melihatnya, dan tersenyum puas, kemudian “ Now, let’s take the picture together!” Dia menarik tanganku, dan tangan sebelahnya masih memegang ponselnya. Aku bengong “ But, wait, Justin! Bagaimana jika disini ada paparazzi? Bisa bisa aku...” “No, they are NOT in here” ucap Justin santai. Duh, Justin. Pikir dong kalau disini ada paparazzi yang ngeliat kita foto bareng? . “Pleaseeee... “ Oh no. Justin udah masang puppy face nya itu lagi. Ini nih yang bikin aku kadang enggak tahan buat nolak permintaannya. Seperti biasa, aku menyerah, aku menuruti permintaan Justin. Justin tersenyum lebar, tapi aku masih cemberut, ia siap siap mengambil foto dengan sebelah tangan. “ Smile, Sugar” “Now i can’t” Aku menjawab. Tiba tiba tangan Justin nangkring di bahuku, merangkulku, dan menarik tubuhku mendekati tubuhnya. My heart beat faster and more faster! Yaampuun, lagi deg degan gini disuruh foto? “Justin..what are u doin?” “sssst.. Just smile” Justin winks to me. Akhirnya kami berfoto berdua, masih dengan jantungku yang berdebar kencang. “Oh no, i looks bad” geramku ketika aku melihat hasil fotonya. “Shawty, you are beautiful just the way you are”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thank You For Visiting Gisma's Blog


 

constellation of words Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by Ipiet Templates | Thanks to Blogger Templates | Image by Tadpole's Notez